Namaku Ryan (bukan nama yang
sebenarnya), pangilan akrabku kuanggap bagus dan selalu membawa kehokian
yang baik dan ditunjang dengan postur tubuhku yang sangat atletis,
tinggi 167 cm dengan berat badan 58 kg sangatlah membantuku dalam segala
kegiatan. Keramahan serta rendah hati adalah senjataku karena aku
berprinsip banyak teman banyak rejeki dan tidak kelewatan pula pasti
banyak wanita yang tergoda. Dengan formasi yang begitu, tentu anda tahu
seleraku. Aku sangat menyukai wanita yang berumur sekitar 30 hingga 37
tahun dimana mereka umumnya sangatlah cantik, dewasa dan terlihat sangat
anggun. Entah mengapa Tuhan memberi anugerah kecantikan wanita yang
sempurna bila mereka berumur sekitar yang kusebutkan di atas. Aku
bekerja di perusahaan P**** (edited) yang sangat syarat berhubungan
langsung dengan pelayanan masyarakat dengan posisi yang lumayan
srategis. Diawali dengan perkenalanku dengan seorang pramuniaga yang
sangat cantik, umurnya sekitar 33 tahun dan mempunyai anak satu. Henny
namanya, sangat mudah diingat dan sangat enak terdengar di telinga.
Perkenalanku berawal ketika aku sedang berlibur ke Kalimanatan
(Banjarmasin). Perkenalan itu sangat indah dan romantis, disaat matahari
tenggelam tertelan air laut di atas dek ferry kulihat seorang wanita
bersandar di tiang besi dengan rambut yang tergerai melambai-lambai
tertiup sepoi-sepoi angin laut, sungguh cantik dan sexy lekuk tubuh dan
dadanya membusung ke depan, sweter unggu serta span warna hitam tak
dapat menyembunyikan keindahan tubuhnya. Dengan langkah yang pasti
kuhampiri dengan sedikit sapaan dan percakapan yang sopan mulailah ia
terbawa oleh obrolanku yang sedikit humor dan kadang menimbulkan gelak
tawa yang memunculkan lesung pipinya, ya ampun cantik betul mahluk ini.
Setelah puas dengan ngobrol ini itu dan matahari pun malu menampakkan
wajahnya ternyata sudah pukul 19:00 WIB, tak terasa sudah perkenalan
yang begitu lama di atas dek dan kami memutuskan untuk kembali ke bangku
masing-masing. Kami berjanji akan bertemu kembali jam 21:30 di tiang
besi saksi perkenalan kami. Setelah mandi dan merapikan diri, tak sadar
handphone-ku berdering, alarm yang sengaja kupasang telah memanggilku
untuk segera naik ke dek karena sudah waktunya kujemput bidadariku di
atas dek. “Hai Ryan..” sapa merdu Henny menyapaku dengan menepuk
punggungku saat aku memandang lautan. “Hai, Hen..” sedikit taktik,
kubelai rambutnya. “Maaf Hen..” kataku mesra. “Ada apa Ryan..” balasnya
manja. “Nih benang bikin rusak pemandangan,” jawabku, padahal benang itu
sejak tadi ada di tanganku. “Oh kamu ini bisa aja Ryan..” bisiknya
manja. Henny sudah bercerai 3 tahun yang lalu dikarenakan suaminya suka
berjudi dan mabuk-mabukan yang membuatnya banyak dililit hutang dan
kehidupan rumah tangganya selalu tak terhindar akan keributan. “Kenapa
kamu tak cari suami lagi, Hen..” tanyaku untuk memecahkan keheningan.
“Ah.. nantilah,” jawabnya, “Aku masih suka sendiri dan masih kunikmati
peran gandaku sebagai ibu dan ayahnya Ranny (anaknya, red) toh masih
cukup gajiku untuk membiayainya.” “Hebat kamu Hen, bagitu tegar dalam
keadaan begitu. Kurang apa coba.. kamu mandiri, cantik, sexy dan masih
muda lagi, akupun mau mendaftar kalo masih ada lowongan.. ahahaha..” aku
sengaja tertawa untuk meriuhkan suasana karena kulihat dia diam dengan
wajah agak memerah. “Hahahhaha..” ternyata dia tertawa, “Ach kamu ini
pantesnya jadi adikku,” jawabnya melecehkan. “Hahahaha.. aku malah,”
terbahak-bahak karenanya, “Lho meskipun adik tapi bisa buat adik si
Ranny lho.” “Mana mungkin,” jawabnya. “Lha kok nggak percaya.. jangan
ketagihan ya nanti,” jawabku. “Yee.. siapa yang mau,” godanya manja.
“Aku yang mau,” jawabku. Kamipun tertawa riang. “Dasar buaya,” jawabnya.
Tanpa sadar kapal bergoyang dan angin semakin kencang dan Henny sudah
ada di pelukanku, karena terombang-ambing kapal kudekap tubuh sintalnya
dan tak luput kupengang buah dadanya yang besar, ternyata diapun diam
saja. Kutahan goyangan kapal dan tak kulewatkan kesempatan itu dengan
sedikit fantasiku goyangkan pantatku dan.., “Ach.. nakalnya kamu..”
ternyata diapun menyadari makin nekadnya aku mengambil kesempatan dalam
kesempitan sambil mencubit pinggangku, “Menggoda ya..” bisiknya. “Ach
masa, tapi suka kan,” jawabku. “Hahahaa..” gelak tawapun tak
terhindarkan lagi. “Hen turun yuk, bahaya nich.. kayaknya angin semakin
kencang dan goyangan kapal semakin garang kalo aku yang goyang kamu sich
nggak masalah, lha ini kapal yang goyang.. hehehe..” ajakku mesra.
“Dasaar.. dasaar, bener-bener buaya kamu Ryan,” balasnya manja.
“Pppsst.. bukan buaya tapi biawak.. hahahha..” balasku. Kamipun menuju
anak tangga, satu persatu anak tangga kami lalui dengan tangan yang
melingkari perutnya dan diapun melingkarkan tangannya di pinggangku.
Dengan berani kucium telinganya, dia diam saja hanya reaksi tangannya
saja yang menggenggam perutku dan kamipun sudah sampai di depan pintu
yang bertuliskan staff only lalu kutarik pinggangnya untuk masuk, diapun
tidak menolak. Dengan luas ruangan 2 X 4 m2 sangatlah luas bagi kami
berdua. Dalam keremangan lampu kulumat bibir tipisnya, nafas kamipun
semakin menderu. Ternyata dia pengalaman sekali dalam french kiss. Kami
berciuman 5 menit lamanya dan dia mulai membuka sweternya sedang aku
membuka jaket kulitku dan kami jadikan alas hingga tiada benang
sehelaipun yang melekat di tubuh kami berdua. Sungguh indah tubuhnya,
dengan ukuran payudara 36B dan belum turun kuanggap sangatlah sempurna.
Dalam keadaan berdiri, kulumat bibirnya dan mulailah turun ke tengguk
hingga payudaranya dengan puting yang merah muda, “Seperti masih ABG
saja,” pikirku. Kulumat yang kanan dan kupiin-pilin yang kiri membuat
suaranya, “Hmm.. ach.. hmm.. sppt.. Ryan teruskan Ryan.. aacch, enak
Ryan..” Kepalaku pun ditekannya ke dadanya, tak kupedulikan dia,
kuhisap, kugigit-gigit kecil putingnya hingga ia makin menjambak
rambutku. Dengan jenggot yang baru kucukur 2 hari yang lalu
kugesek-gesekan daguku di gunung kembarnya. “Oooh Ryan.. please masukin
dong.. sstt..” Tak kupedulikan ocehannya hingga kulumat perutnya,
pusarnya dan akhirnya sampailah di gundukan surga dunia, sungguh indah.
Mataku terbelalak ternyata tidak ada sehelai rambutpun di sekelilingnya,
harum dan wangi yang khas. Wajahnya yang cantik tersenyum manis padaku,
kuturunkan wajahku sambil terus menjulurkan lidah di permukaan perutnya
terus turun dan sampai di daerah yang paling kusukai, wangi sekali
baunya. Tak perlu ragu. “Ohh.. apa yang akan kau lakukan.. akh..”
desahnya sambil memejamkan mata menahan kenikmatan yang dirasakannya.
Beberapa saat kemudian tangannya malah mendorong kepalaku semakin bawah
dan, “Nyam-nyam..” Nikmat sekali kemaluan Henny. Oh, bukit kecil yang
berwarna merah merangsang birahiku. Kusibakkan kedua bibir kemaluannya
dan, “Creep..” ujung hidungku kupaksakan masuk ke dalam celah kemaluan
yang sudah sejak tadi becek. “Aaahh.. kamu nakaal,” jeritnya cukup
keras. Terus terang kemaluannya adalah terindah yang pernah kucicipi,
bibir kemaluannya yang merah merekah dengan bentuknya yang gemuk dan
lebar itu membuatku semakin bernafsu saja. Secara bergantian, kutarik
kecil kedua belah bibir kemaluan itu dengan mulutku. “Ooohh lidahmu..
ooh nikmatnya Ryan..” lirih Henny. “Ryan, udah dong Ryan masukin aja..
Ryan oohh.. aku udah nggak tahan nich, please setubuhi aku..” pinta
Henny lirih. Tanpa banyak mulut kumasukkan batang kemaluanku yang
panjang dan tegak itu, dia tersentak, “Ach pelan dong Say.. sstt..”
Kugenjot dengan penuh perasaan, sementara tanganku tidak tinggal diam,
kupilin-pilin puting susunya yang mungil. Hanya sepuluh menit setelah
itu goyangan tubuh Henny terasa menegang, aku mengerti kalau itu adalah
gejala orgasme yang akan segera diraihnya. “Ryann.. aahh.. aku nggaak..
nggak kuaat aahh.. aahh.. oohh..” desahnya tertahan. “Tahan Hen.. tunggu
saya dulu ngg.. ooh enaknya.. tahan dulu.. jangan keluarin dulu..” Tapi
sia-sia saja, tubuh Henny menegang kaku, tangannya mencengkram erat di
pundakku, dadanya menjauh dari wajahku hingga kedua telapak tanganku
semakin leluasa memberikan remasan pada buah dadanya. Aku sadar sulitnya
menahan orgasme itu, mungkin karena lamanya ku-oral kemaluannya yang
enak itu. “Ooo.. ngg.. aahh.. Ryan sayang.. Ryan.. ooh enaak.. aku
kelauaar.. oohh.. oohh..” teriaknya panjang mengakhiri babak permainan
itu. Aku merasakan jepitan kemaluannya di sekeliling burungku mengeras
dan terasa mencengkram erat sekali, sementara itu batang kemaluanku
masih tegak berdiri sedangkan dia sudah 4 atau 5 kali orgasme. “Ryan,
ayo dong Say aku udah nggak tahan nich.. Ryan keluarin dong.. aku hisap
aja ya, biar cepat keluar..” Tanpa kusuruh dia sudah melumat dan
menyedot kemaluanku. “Astaga..” kurasakan tekanan dari dalam batangku
sepertinya akan keluar. “Hen.. Hen.. stop Hen.. aku mau keluar nich..”
desahku tertahan. “Ya udah Ryan, masukin aja ke memekku.. aku juga ingin
merasakan pejumu membajiri memekku.. aku kangen, udah lama nggak ada
yang membanjiri memekku dengan peju..” balas Henny dengan nada manja dan
sedikit genit. “Aach.. Hen, aku mau keluar nich Hen.. ach.. achh..” aku
lemas lunglai tak berdaya di atas tubuh Henny yang sexy itu. “Makasih
ya Ryan..” Kamipun tertidur dan aku terkejut ketika terbangun sudah
pukul 04:00, untung saja tidak ada yang memergoki perbuatan kami.
Setelah merapikan diri, kamipun kembali di kursi masing-masing dan kami
berjanji akan bertemu kembali di kota, kebetulan kami satu kota. Sampai
saat ini kamipun masih sering berhubungan dengan komitmen kebebasan yang
menghargai serta menjunjung seks yang sehat.